Thursday, June 1, 2023

MU'AWIYAH BIN ABI SUFYAN [معاوية بن أبي سفيان - رضي الله عنه]

 Beliau memiliki nama Mu’awiyah bin Abi Sufyan Shakhr bin Harb bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdumanaf al-Qurasyi. Menjadi salah satu sahabat dan ipar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau juga seorang penulis wahyu dan menjadi Khalifah kaum muslimin. [Lihat Mukhtashar That-hîr al-Jinan wal-Lisân, Sulaiman al-Khirasyi, hlm 27].


Ibnu Qudamah al-Maqdisi dalam Lum’atul-I’tiqad menyebutkan, bahwa Mu’awiyah saudara ibunya kaum mukminin (khâl al-Mu’minin), penulis wahyu dan seorang kholifah kaum muslimin. [Lihat Lum’at al-I’tiqâd, Ta’liq Ibnu Utsaimin, hlm 107]


Mu’awiyah dilahirkan di kota Mekkah sekitar lima tahun sebelum kenabian. Beliau tumbuh dan terbina di antara kaumnya, Bani Umayyah dengan diliputi kemuliaan dan kekayaan. Keluarga besar Mu’awiyah terkenal dengan ketokohan dan sebagai panglima pada masa jahiliyah. Kakek beliau, Harb bin Umayyah adalah penglima kaum Quraisy dalam perang al-Fijâr. Bapaknya, Abu Sufyân sendiri merupakan satu diantara pembesar Quraisy yang dipercaya kaumnya pada masa jahiliyah dan masuk Islam setelah penaklukan Mekkah. Adapun ibu beliau adalah Hindun bintu ‘Utbah bin Rabi’ah bin Abdusy-Syams bin Abdumanaf. Dia termasuk tokoh wanita Quraisy yang terkenal dan masuk Islam bersama suaminya. Bapaknya adalah Utbah, seseorang yang termasuk tokoh terkenal di Mekkah dan mati dalam perang Badr bersama kaum kafir Quraisy lainnya.


Mu’awiyah termasuk pemuda Quraisy yang belajar membaca dan menulis. Saat itu orang yang bisa menulis sangat sedikit. Sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkatnya sebagai salah satu juru tulis beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .


KEISLAMAN MU’AWIYAH BIN ABI SUFYAN

Para ulama sejarah sepakat tentang keislaman Mu’awiyah bin Abi Sufyân. Tetapi mereka berselisih waktu keislamannya. Imam an-Nawawi[1] dan Ibnu al-Qayyim[2] menetapkan Mu’awiyah termasuk yang masuk Islam setelah penaklukan Makkah pada tahun kedepalan Hijriyah. Sedangkan Abu Nu’aim al-Ashbahani[3] dan adz-Dzahabi menjelaskan menjelang penaklukan kota Mekkah (fathu Makkah).


Perselisihan ini bersumber dari keadaan beliau yang menyembunyikan keislamannya, sebagaimana dijelaskan Imam Ibnu Sa’ad dalam kitab Thabaqat (1/131). Adapun Imam adz-Dzahabi secara pasti menyatakan, Mu’awiyah masuk islam sebelum bapaknya dalam Umrah Qadha`. Dia merasa takut terhadap bapaknya untuk menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .


Meski demikian, perselisihan pendapat ini tidak bisa dijadikan alasan untuk mencela Mu’awiyah, dan tidak mengurangi keutamaannya sebagai sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Referensi : https://almanhaj.or.id/4253-sisi-kehidupan-muawiyah-bin-abi-sufyan-radhiyallahu-anhuma.html


( معاوية بن أبي سفيان ( رضي الله عنه

Scholar: 27 - Mu'awiya ibn Abu Sufyan [Abu 'Abdur Rahman] 
Comp.(RA) [1st Generation]

Full Name: Mu'awiya ibn Abu Sufyan b. Harb b. Umayya b. 'Abd Shams b. 'Abd Manaf b. Qusayy
Birth Date/Place: 13 BH/602 CE (Makkah)
Death Date/Place: ~60 AH/680 CE (Medina)[ Natural ]
Places of Stay: Makkah/Medina/Syria/Egypt
Area of Interest: Recitation/Quran, Narrator [ ع - صحابي ], Commander, Khalifah, Governor

Teachers/

Students/



Brief Biography:

He was the 1st Umayyad Caliph from 40 AH to 60 AH

Last Updated: 2010-08-14

References: 18[pg:3/119-162],23[pg:202] View
al-Isabah[6/152,153,154,155] , Thiqat[Vol:3] , Tarikh-ul Kabir[Vol:7] , Tabaqat[Vol:7] , Siyar A'lam[3/119-162] , Tahdheeb al-Tahdheeb[Vol:10] , Taqrib al-Tahdheeb[537]

Narrations:
(Unconfirmed) Sahih Bukhari: 15 Sahih Muslim: 15 Sunan Abi Da'ud: 19 Jami' al-Tirmidhi: 3 Sunan an-Nasa'i: 22 Sunan Ibn Majah: 12

Thadeeb al-Kamal:

Names used in Hadith Literature:
معاوية, معاوية بن أبي سفيان, معاوية رضي الله تعالى عنهم

Monday, May 22, 2023

WUHAIB BIN AL WARAD BIN ABI AL WARAD (وهيب بن الورد)

Nama Kuniyah: Abu 'Utsman
Kalangan: Tabi'ut Tabi'in kalangan tua
Wafat: 153 H

Riwayat Hadits

1 hadits dalam Shahih Muslim. 1 hadits dalam Sunan Abu Daud. 1 hadits dalam Sunan Tirmidzi. 1 hadits dalam Sunan Nasa'i. 1 hadits dalam Musnad Ahmad.

Pendapat Ulama

Yahya bin Ma'in berpendapat Wuhaib bin Al Warad bin Abi Al Warad Tsiqah

An Nasa'i berpendapat Wuhaib bin Al Warad bin Abi Al Warad Tsiqah

Ibnu Hibban berpendapat Wuhaib bin Al Warad bin Abi Al Warad disebutkan dalam 'ats tsiqaat

Al 'Ajli berpendapat Wuhaib bin Al Warad bin Abi Al Warad Tsiqah

Ya'kub bin Sufyan berpendapat Wuhaib bin Al Warad bin Abi Al Warad Tsiqah

Ibnu Hajar al 'Asqalani berpendapat Wuhaib bin Al Warad bin Abi Al Warad tsiqah ahli ibadah

Adz Dzahabi berpendapat Wuhaib bin Al Warad bin Abi Al Warad Tsiqah

**********************

Wuhayb bin al-Ward 
وهيب بن الورد

Scholar: 20527 - Wuhayb bin al-Ward [Abu Umayya, Abu 'Uthman] 
Succ. (Taba' Tabi') [7th generation]

Full Name: 'Abdul Wahab bin al-Ward
Death Date/Place: ()[ Natural ]
Places of Stay: Makkah
Area of Interest: Narrator[Grade:Thiqah] [ م د ت س - ثقة ]

Teachers/
Narrated From: عطاء بن أبي رباح يقال مرسلا, 'Amr bin Muhammad bin Abi Razayn, Hameed bin Qays, Da'ud bin Shabwr, Sufyan bin Sa‘id Ath-Thawri, Several Others

Students/



Brief Biography:

Last Updated: 2010-08-15

References: 27[pg:586] View

Narrations:
(Unconfirmed) Sunan an-Nasa'i: 1

Names used in Hadith Literature:
وهيب بن الورد المكي, وهيب بن الورد, وهيب بن الورد المسلي

'ABDULLAH BIN MUBARAK (عبد الله بن المبارك)


Biografi Abdullah bin Al Mubarak bin Wadhih

Nama : Abdullah bin Al Mubarak bin Wadhih
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan
Nasab : Al Hanzhaliy Al Marwaziy
Kuniyah : Abu 'Abdur Rahman
Laqob : Abdan
Negeri semasa hidup : Himash
Wafat : Herrat tahun 181 H

UlamaKomentar

Ahmad bin Hanbal : Hafizh
Ibnul Madini : Tsiqah
Yahya bin Ma'in : tsiqah tsabat
Abu Hatim tsiqah : imam
Ibnu Sa'd tsiqah : ma`mun

*******************************************

Berikut ini adalah rangkaian kisah perjalanan hidup seorang ulama ahli ilmu dari para ulama umat ini. Imam dari kalangan para imam petunjuk, Allah Shubhanahu wa Ta’ala telah menolong agama Islam dengan perantaranya, serta menjadi penjaga sunah. Berkata Imam Dzahabi menjelaskan biografi beliau, “Syaikhul Islam, pemimpin para ahli takwa pada zamannya, al-Hafidh yang mumpuni, Abdullah bin Mubarak al-Handhali maula at-Turki kemudian al-Marwazi yang lahir pada tahun 118 H.

Beliau mulai menuntut ilmu pada usia yang kedua puluh tahun, beliau termasuk orang yang paling banyak melakukan perjalanan jauh dan berkeliling dunia guna menuntut ilmu, berjihad, berdagang, dan berinfak kepada saudaranya sesama muslim karena Allah Shubhanahu wa Ta’ala. Dengan menyiapkan segala keperluan mereka untuk berangkat haji bersamanya. Syu’aib bin Harb menjelaskan, “Aku pernah mendengar Abu Usamah berkata, “Ibnu Mubarak dalam Kalangan ahli hadits semisal amirul mukminin dikalangan manusia”. Dan Kebiasaan yang beliau lakukan adalah banyak duduk dirumahnya sampai pernah dikatakan padanya, “Tidakkah engkau merasa jenuh? Beliau menjawab, “Bagaimana mungkin aku merasa jenuh sedangkan diriku bersama Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya (karena menyibukkan diri untuk mentelaah hadits)”.

Asy’ats bin Syu’bah mengatakan, “Tatkala khalifah ar-Rasyid datang ke Ruqah maka orang-orang berhamburan lalu berdiri dibelakang Ibnu Mubarak, tali sendal saling terputus, debu pun berterbangan, maka Ibunya Amirul mukminin melongokkan kepalanya keluar dari tempat tandunya. Lalu bertanya, “Siapa dia? Mereka menjawab, “Ulama dari ahli Khurasan telah datang”. Lalu dia berkata, “Demi Allah, inilah raja sesungguhnya, bukan seperti kerajaanya Harun yang tidak berkumpul melainkan orang-orang tertentu dan para bangsawan”.

Muhammad bin ‘Ayan menceritakan, “Aku pernah mendengar Abdurahman bin Mahdi berkata, sedang waktu itu berkumpul disisinya para pakar hadits yang mana mereka menanyakan pada beliau, “Engkau telah berguru kepada ats-Tsauri dan mendengar hadits darinya, begitu pula anda telah berguru kepada Ibnu Mubarak, manakah yang lebih utama dari keduanya? Beliau menjawab, “Kalau seandainya Sufyan ats-Tsauri berusaha dalam suatu hari untuk semisal Abdullah bin Mubarak tentu dirinya tidak akan sanggup”.

Sufyan ats-Tsauri mengatakan, “Sungguh diriku tidak punya hajat untuk mengerahkan umurku seluruhnya untuk suatu ketika menjadi semisal Ibnu Mubarak. Aku tidak sanggup untuk menjadi seperti dia tidak pula dalam waktu yang singkat”. Sedang Ibnu Uyainah mengatakan, “Aku melihat kepada perkaranya para sahabat, dan membandingkan dengan perkaranya Abdullah bin Mubarak maka aku tidak menjumpai keutamaan mereka dibanding dengan Abdullah melainkan shuhbah (bersahabat) bersama Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan mereka berjihad bersama beliau”.

Ibnu Mubarak menyatakan, “Aku pernah meminjam sebuah pena pada penduduk Syam maka akupun pergi ke sana untuk mengembalikannya. Tatkala diriku baru sampai di Muru maka aku jumpai ternyata orangnya ada disana lantas aku kembali ke Syam sampai kiranya aku kembalikan kepada pemiliknya”. Pernah suatu ketika berkumpul semisal al-Fadhl bin Musa, Makhlad bin Husain, lalu mereka mengatakan, “Mari kita coba hitung pintu-pintu kebaikan yang dilakukan oleh Ibnu Mubarak. Maka mereka mulai menghitungnya, “llmu, fikih, adab, nahwu dan bahasa, zuhud, berbahasa secara fasih, sya’ir, sholat malam, ibadah, haji, jihad, pemberani, jago naik kuda, kuat, meninggalkan ucapan yang tidak penting, adil, dan sangat sedikit berselisih bersama para sahabatnya”.

Pernah suatu ketika dikatakan pada Ibnu Mubarak, “Jika engkau usai sholat kenapa tidak pernah duduk-duduk bersama kami? Beliau menjawab, “Justru aku duduk bersama para sahabat dan tabi’in. Aku menelaah buku-buku dan atsar-atsar mereka. Kalau bersama kalian apa yang harus aku perbuat? Sedang kalian senangnya mengunjing orang lain”. Nu’aim bin Hamad pernah mengatakan tentang beliau, “Adalah Ibnu Mubarak jika beliau membaca kitab yang berkaitan masalah hati maka beliau seperti onta atau sapi yang disembelih karena menangis, tidak ada seorangpun diantara kami yang menanyakan perihal itu pada beliau kecuali beliau tidak menanggapinya”.

Diriwayatkan bukan hanya seorang, bahwa Ibnu Mubarak pernah ditanya, “Sampai kapan engkau akan menulis hadits? Beliau menjawab, “Mungkin ada kata yang bermanfaat bagiku yang belum sempat aku menulisnya”. Beliau adalah saudagar yang kaya raya lagi pandai bersyukur dan dermawan, berkata Salamah bin Sulaiman, “Pernah suatu ketika ada seseorang datang kepada Ibnu Mubarak lalu memohon supaya melunasi hutang-hutangnya. Maka beliau menulis surat pada orang tersebut supaya dikasih kepada pegawainya. Tatkala surat tersebut sampai pada sang pegawai, ia bertanya, “Berapa hutang yang engkau minta supaya dilunasi? Dia menjawab, “Tujuh ratus dirham”.

Akan tetapi Ibnu Mubarak telah menulis pada pegawainya supaya memberi orang tersebut sebanyak tujuh ribu dirham. Maka pegawai tadi menyuruh supaya menghadap beliau lagi, lalu dia berkata, “Sesungguhnya hartamu akan habis”. Maka Abdullah menulis kembali padanya kalau hartaku habis, maka sesungguhnya umur juga akan habis, beri uang sebanyak apa yang aku tulis”. Beliau juga pernah berkata kepada Fudhail bin Iyadh, “Kalaulah bukan karenamu dan para sahabatmu tentu aku tidak akan berniaga”. Dan beliau punya kebiasaan selalu berinfak kepada fakir miskin pada setiap tahunnya sebanyak seratus ribu dirham.

Ali bin Fudhail mengkisahkan, “Aku pernah mendengar ayahku berkata kepada Ibnu Mubarak, “Engkau yang menyuruh kami untuk zuhud dan tidak banyak mengumpulkan harta, serta hidup apa adanya. Namun, kami justru melihat engkau datang dengan harta dagangan, bagaimana ini? Dia menjawab, “Wahai Abu Ali, aku melakukan ini hanya untuk menjaga wajahku, memuliakan kehormatanku serta untuk menolongku didalam ketaatan kepada Rabbku”. Ayahku berkata, “Duhai Ibnu Mubarak betapa indahnya kalau bisa demikian”.

Muhammad bin Isa mengatakan, “Adalah Ibnu Mubarak seringkali bolak-balik pergi ke Thurtus. Biasanya rombongan berhenti didaerah yang bernama Khan. Ditempat tersebut ada seorang pemuda yang sering bertemu dengannya, membantu keperluannya serta mendengar hadits darinya. Pada suatu waktu Abdullah bin Mubarak datang berkunjung ketempat tersebut, namun beliau tidak menjumpai pemuda tersebut, maka beliau keluar ke medan jihad dengan tergesa-gesa, tatkala kembali maka beliau menanyakan kabar pemuda tadi, diantara kabar yang didapatkan, bahwa pemuda tersebut sedang bingung dikarenakan terlilit hutang sebanyak sepuluh ribu dirham. Lalu beliau pun segera meminta petunjuk rumah yang memberi pinjaman, setelah bertemu beliau membayar hutang pemuda tadi sebanyak sepuluh ribu dirham sambil bersumpah agar tidak memberi tahu seorangpun selagi dirinya masih hidup. Akhirnya sang pemuda terbebas dari jerat hutang berkat kedermawanan Ibnu Mubarak.

Kemudian beliau bertemu dengan sang pemuda sejauh perjalanan dua hari dari Ruqah. Lantas beliau menanyakan kabarnya, “Duhai anak muda dari mana kiranya kamu, sudah lama aku tidak menjumpaimu? Dirinya menjawab, “Ada seorang yang baik hati telah melunasi hutang-hutangku yang aku tidak tahu siapa dia”. Ibnu Mubarak berkata, “Bersyukurlah kepada Allah Shubhanahu wa Ta’ala“. Sang pemuda tadi tetap tidak tahu siapa orangnya, dirinya baru mengetahui setelah Abdullah bin Mubarak meninggal dunia. Adalah Ibnu Mubarak apabila datang musim haji maka orang-orang dari penduduk Muru berkumpul disisi beliau sambil mengatakan, “Kami ingin pergi haji bersamamu”. Beliau mengatakan, “Mari, sini kumpulkan harta perbekalan kalian”.

Beliau lalu mengumpulkan bekal mereka lalu meletakan disebuah kotak kemudian menguncinya. Selanjutnya beliau berkumpul dan keluar bersama-sama dari Muru menuju Baghdad sedang beliau yang menanggung semua kebutuhan perjalanan mereka. Memberi makan dengan makanan yang paling mewah, menjamu dengan buah-buahan yang lezat. Dari sana kemudian mereka lanjutkan perjalanan keluar dari Baghdad dengan pakaian yang paling indah dan bagus sampai akhirnya mereka sampai dikota Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sesampainya disana beliau menanyakan satu persatu, “Apa yang engkau inginkan sebagai oleh-oleh untuk keluargamu? Mereka menjawab, “Ini dan itu”.

Lalu mereka keluar dari Madinah menuju Makah, manakala mereka telah selesai melaksanakan manasik ibadah haji, beliau bertanya kembali pada setiap orangnya, “Hadiah apa yang engkau sukai untuk diberikan kepada keluargamu dari cendera mata Makah? Mereka menjawab, “Ini dan itu”. Beliau pun membelikan keinginan mereka semua.

Kemudian mereka keluar dari Makah untuk kembali kekampung halaman, dan beliaulah yang menanggung semua biaya perjalanan sampai akhirnya mereka sampai di Muru dan kembali kerumahnya masing-masing. Manakala tiga hari sesudah kepulangan mereka, beliau mengundang dan menjamu makan dirumahnya, tatkala mereka sudah makan dan merasa senang, beliau lalu meminta pegawainya untuk mengambilkan kotak yang berisi uang mereka, beliau membuka lalu mengembalikan kepada mereka semua sesuai dengan nama-nama yang tercantum pada kotak tersebut.

Tatkala beliau ditegur kenapa beliau lebih memilih untuk membagi-bagi harta dipenjuru negeri dan tidak lebih mementingkan negerinya. Beliau beralasan, “Sesungguhnya aku mengetahui tempat orang-orang yang punya keutamaan, jujur, dan senang mengumpulkan hadits dan tekun didalam mencarinya demi kebutuhan manusia terhadap mereka jikalau mereka membutuhkan. Jika sekiranya kita tinggalkan mereka tentu akan sia-sia ilmu yang mereka miliki. Dan bila kita bantu mereka, maka mereka akan mudah untuk menyebarkan ilmu kepada umatnya Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sedang aku tidak mengetahui setelah kenabian yang lebih utama dari pada rumah ilmu”.

Ini merupakan pesan yang tersirat bagi para pedagang agar mereka senang untuk menginfakan hartanya bagi para fakir, orang-orang yang membutuhkan, para penuntut ilmu, program kebaikan serta yayasan sosial. Sesungguhnya dengan melakukan hal tersebut akan menjadikan harta dan kekayaannya berbarokah. Disebutkan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dari Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ » [أخرجه أحمد]

Baca Juga Mengenal Sosok-Sosok Dari Generasi As-Sâbiqûnal Awwalûn
“Kenikmatan pada harta yang baik adalah ketika berada ditangan orang sholeh“. [HR Ahmad 29/299. no: 17763]

Didalam hadits lain dijelaskan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا » [أخرجه البخاري ومسلم]

“Tidaklah pagi menyapa seorang hamba melainkan ada dua malaikat yang turun kepadanya. Lalu salah satunya berdo’a: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak”. Sedang satunya lagi berdo’a: “Ya Allah, berilah kebinasaan bagi harta orang yang pelit“. [HR Bukhari no: 1442. Muslim no: 1010]

Dalam riwayat Imam Muslim dijelaskan, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ » [أخرجه مسلم]


“Sedekah tidak akan mengurangi sedikitpun dari harta benda“. [HR Muslim no: 2588]

Diantara petuah-petuah beliau adalah, “Adakalanya amalan sedikit menjadi banyak disebabkan niat, dan adakalanya amalan besar menjadi kecil gara-gara niat”. Beliau juga pernah berkata, “Barangsiapa yang meremehkan para ulama maka sungguh akhiratnya telah hilang. Barangsiapa yang memandang remeh pada penguasa maka dirinya akan kehilangan dunia. Dan barangsiapa yang memandang bodoh saudaranya maka harga dirinya telah pergi”.

Ali bin Hasan mengatakan, “Aku pernah mendengar Ibnu Mubarak ditanya oleh seseorang tentang nanah yang keluar dari lututnya yang telah dideritanya semenjak tujuh tahun yang lalu. Dirinya menjelaskan, “Aku telah mengobati dengan berbagai ramuan, dokter juga telah aku tanyai, namun tidak ada tanda-tanda kesembuhan”. Beliau berkata padanya, “Pergilah, lalu galilah sebuah sumur ditempat (orang) yang membutuhkan air, aku berharap semoga disana ada mata air, lalu engkau gunakan untuk menahan lukamu tersebut”. Orang tersebut mematuhi perintahnya, dan betul akhirnya dia sembuh dari penyakitnya.

Suwaid bin Sa’id mengatakan, “Aku pernah melihat Ibnu Mubarak di Makah dengan mendatangi air zam-zam lantas beliau mengambil airnya untuk diminum, kemudian beliau menghadap ke kiblat dan berdo’a: “Ya Allah, sesungguhnya Ibnu Abi Mawal mengabarkan pada kami dari Muhammad bin Munkadir dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Air zam-zam sesuai dengan hajat yang meminumnya“. Maka kini, aku meminumnya untuk mengobati kehausanku kelak pada hari kiamat”. Kemudian beliau meminumnya. Muhammad bin Ibrahim menceritakan, “Ali bin Ibnu Mubarak pernah mengimla untuk kami pada tahun 177 H, sebuah syair yang kami sampaikan kepada Fudhail bin Iyadh dari Thurtus:

Duhai ahli ibadah dua tanah haram, jikalau engkau menyaksikan kami
Tentu engkau mengira kalau kami bermain-main
Duhai yang pipinya selalu basah oleh air mata
Sedang leher kami hanya mengalirkan darah
Duhai orang yang selalu berjihad dengan keberanian
Adapun kuda kami hanya capai menderum
Debu memenuhi tubuhmu dan kami hanya melewatinya
Demi menebas musuh engkau pacu kudamu
Telah sampai kepada kita berita dari Nabi
Sabdanya yang shahih lagi jujur tidak didustakan
Tidak akan berkumpul debu jihad dijalan Allah
Pada diri seseorang dengan uap dari jilatan api neraka
Perhatikan pula al-Qur’an yang berbicara kepada kami
Yang tidak bisa didustakan, jika seorang syahid tidaklah binasa

Maka ketika Fudhail menerima surat tersebut tatkala di Makah, beliau lalu membacanya dan menangis, kemudian berkata, “Benar apa yang dikatakan oleh Abu Abdurahman”. Tatkala beliau telah meninggal ada salah seorang sahabatnya yang melihat beliau didalam mimpi, lalu ditanyakan padanya, “Apa yang telah Allah Shubhanahu wa Ta’ala perbuat untukmu? Beliau menjawab, “Allah telah mengampuniku dengan sebab perjalananku untuk mencari hadits”. Dan beliau berpesan, “Pegangilah al-Qur’an, pegangilah al-Qur’an”.

Beliau meninggal pada tahun 181 H pada usianya yang ke enam puluh tiga tahun. Semoga Allah Shubhanahu wa Ta’ala merahmati beliau dengan rahmat yang luas. Dan membalas dengan sebaik-baik balasan atas jasanya kepada Islam dan kaum muslimin, dan semoga Allah Shubhanahu wa Ta’ala mengumpulkan kami bersamanya dikampung kenikmatan, bersama para Nabi, shidiqin, para syahid dan orang-orang sholeh, merekalah sebaik-baik teman.[1]

Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa Ta’ala Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa Ta’ala curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.

[Disalin dari الإمام عبد الله بن المبارك وشيء من أخباره Penulis Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, Penerjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2014 – 1435]
______
Footnote
[1] . Lihat Siyar ‘alamu Nubala 8/378-421.




SUWAID BIN NASHR BIN SUWAID (سويد بن نصر بن سويد)

 Suwaid bin Nashr bin Suwaid



Nama Kuniyah: Abu Al Fadlol

Kalangan: Tabi'ul Atba' kalangan tua

Negeri Semasa Hidup: Himsh

Wafat: 240 H


Riwayat Hadits

84 hadits dalam Sunan Tirmidzi. 212 hadits dalam Sunan Nasa'i.


Pendapat Ulama

Ibnu Hibban berpendapat Suwaid bin Nashr bin Suwaid disebutkan dalam 'ats tsiqaat

An Nasa'i berpendapat Suwaid bin Nashr bin Suwaid Tsiqah

Maslamah bin Qasim berpendapat Suwaid bin Nashr bin Suwaid Tsiqah

Ibnu Hajar Al Atsqalani berpendapat Suwaid bin Nashr bin Suwaid Tsiqah

Adz Dzahabi berpendapat Suwaid bin Nashr bin Suwaid Tsiqah


*************************

Swyd bin Nsr bin Swyd 
سويد بن نصر بن سويد

Scholar: 38265 - Swyd bin Nsr bin Swyd [Abu al-Fadl] 
3rd Century AH [10th generation]

Full Name: Suwayd bin Nsr bin Suwayd
Death Date/Place: 240 AH ()[ Natural ]
Area of Interest: Narrator[Grade:Thiqah] [ ت س - ثقة ]

Teachers/
Narrated From: 'Abdullah bin Mubarak, Sufyan bin 'Uyaynah, 'Ali bin al-Husain bin Waqid, أبي عصمة, عبد الكبير بن دينار الصائغ

Students/

Brief Biography:

* * مات سنة أربعين * أبو الفضل

Last Updated: 2010-06-14

References: 27[pg:260] View
Thiqat[Vol:8] , Tarikh-ul Kabir[Vol:4] , Siyar A'lam[11/408-409] , Tahdheeb al-Tahdheeb[Vol:4] , Taqrib al-Tahdheeb[260]

Narrations:
(Unconfirmed) Jami' al-Tirmidhi: 62 Sunan an-Nasa'i: 146

Thadeeb al-Kamal:

Names used in Hadith Literature:
سويد بن نصر, سويد بن نصر المروزيون

Thursday, April 27, 2023

IBNU TAIMIYAH [تقي الدين أحمد ابن تيمية]

Nasab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Beliau adalah Syaikhul Islam Al Imam Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Al Khodr bin Muhammad bin Al Khodr bin Ali bin Abdullah bin Taimiyyah Al Haroni Ad Dimasqi. Nama Kunyah beliau adalah Abul ‘Abbas.


Kelahiran dan Pertumbuhan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Beliau lahir pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal 661 Hijriyyah di Haron. Ketika berumur 7 tahun, beliau berpindah ke Damaskus bersama ayahnya dalam rangka melarikan diri dari pasukan Tartar yang memerangi kaum muslimin. Beliau tumbuh di keluarga yang penuh ilmu, fiqih, dan agama. Buktinya adalah banyak dari ayah, kakek, saudara, dan banyak dari paman beliau adalah ulama yang terkenal. Di antaranya adalah kakek beliau yang jauh (kakek nomor 4), yaitu Muhammad bin Al Khodr, juga Abdul Halim bin Muhammad bin Taimiyyah dan Abdul Ghoni bin Muhammad bin Taimiyyah. Juga kakek beliau yang pertama, yaitu Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyyah Majdud Diin -nama kunyahnya adalah Abul Barokaat-, memiliki beberapa tulisan di antaranya : Al Muntaqo min Al Ahadits Al Ahkam (kitab ini disyarh oleh Imam Syaukani dengan judul Nailul Author, pen), Al Muharror dalam bidang fiqih, Al Muswaddah dalam bidang ushul fiqih, dan lainnya. Begitu juga dengan ayah beliau, Abdul Halim bin Abdus Salam Al Haroni dan saudaranya, Abdurrahman dan lain-lain.

Di lingkungan ilmiah dan sholihah ini, beliau tumbuh. Beliau memulai menuntut ilmu pertama kali pada ayahnya dan juga pada ulama-ulama Damaskus. Beliau telah menghafalkan Al Qur’an sejak kecil. Beliau juga telah mempelajari hadits, fiqih, ilmu ushul, dan tafsir. Beliau dikenal sebagai orang yang cerdas, memiliki hafalan yang kuat dan memiliki kecerdasan sejak kecil. Kemudian beliau intensif mempelajari ilmu dan mendalaminya. Sehinggga terkumpul dalam diri beliau syarat-syarat mujtahid ketika masa mudanya. Maka tidak lama kemudian beliau menjadi seorang imam yang diakui oleh ulama-ulama besar dengan ilmu, kelebihan, dan keimamannya dalam agama, sebelum beliau berusia 30 tahun.


Karya Ilmiah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Dalam bidang penulisan buku dan karya ilmiah, beliau telah meninggalkan bagi umat Islam warisan yang besar dan bernilai. Tidak henti-hentinya para ulama dan para peneliti mengambil manfaat dari tulisan beliau. Sampai sekarang ini telah terkumpul berjilid-jilid buku, risalah (buku kecil), fatawa dan berbagai masa’il (pembahasan suatu masalah) dari beliau dan ini yang sudah dicetak. Sedangkan yang tersisa dari karya beliau yang masih belum diketahui atau tersimpan dalam bentuk manuskrip masih banyak sekali.

Beliau tidaklah membiarkan satu bidang ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi umat dan mengabdi pada umat, kecuali beliau menulisnya dan berperan serta di dalamnya dengan penuh kesungguhan dan ketelitian. Hal seperti ini jarang sekali ditemui kecuali pada orang-orang yang jenius dan orang yang jenius adalah orang yang sangat langka dalam sejarah.

Teman dekat, guru, murid beliau bahkan musuh beliau, telah mengakui keluasan penelaahan dan ilmu beliau. Buktinya jika beliau berbicara tentang suatu ilmu atau cabang ilmu, maka orang yang mendengar menyangka bahwa beliau tidak mumpuni pada ilmu lain. Hal ini dikarenakan ketelitian dan pendalaman beliau terhadap ilmu tersebut. Jika seseorang meneliti tulisan dan karya beliau dan mengetahui amal beliau berupa jihad dengan menggunakan tangan dan lisan, dan pembelaan terhadap Islam serta mengetahui tentang ibadah dan dzikir beliau, maka sungguh dia akan sangat terkagu-kagum dengan keberkahan waktu dan kuatnya kesabaran beliau. Maha Suci Allah yang telah mengkarunia beliau berbagai karunia tersebut.


Jihad dan Pembelaan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah untuk Islam

Banyak orang tidak mengetahui sisi amaliyyah dari kehidupan beliau. Banyak orang hanya mengenal beliau sebagai ulama, penulis, dan ahli fatwa melalui karya beliau yang tersebar. Padahal beliau memiliki sikap-sikap yang diakui dalam berbagai bidang yang lain, yang beliau ikut berperan serta dalam menolong dan memuliakan kaum muslimin. Di antaranya : beliau berjihad dengan pedang dan menyemangati kaum muslimin untuk berperang, baik dengan perkataan dan perbuatan beliau. Beliau berputar-putar dengan pedangnya di medan pertempuran dengan menunggang kuda dengan sangat lihai dan berani. Orang-orang yang menyaksikan beliau dalam peperangan penaklukkan kota ’Ukaa, terkagum-kagum dengan keberaniannya dan serangannya terhadap musuh.

Adapun jihad beliau dengan pena dan lisan. Maka beliau rahimahullah telah berdiri di depan musuh-musuh Islam dari penganut berbagai agama, aliran, isme yang bathil, dan ahlul bid’ah bagaikan gunung yang kokoh. Kadang dengan perdebatan langsung, terkadang pula melalui tulisan. Beliau menghancurkan syubhat-syubhat (racun pemikiran) mereka dan mengembalikan tipu daya mereka –bilhamdillah-. Beliau menghadapi ahli filsafat, bathiniyyah baik dari golongan sufiyyah, isma’iliyyah, , nashiriyyah, dan selain mereka. Sebagaimana beliau juga menghadapi rofidhoh dan golongan yang sesat (atheis). Beliau hancurkan syubhat-syubhat ahlul bid’ah yang diadakan di sekeliling masyahid (kuburan yang ramai untuk diziarahi), kuburan secara umum, dan semacamnya. Sebagaimana beliau menghadapi jahmiyyah, mu’tazilah, dan beliau membantah ahlul kalam dan asya’iroh.

Orang yang melihat sisi ini dari kehidupan beliau hampir-hampir menegaskan tidak ada lagi yang waktu yang sia-sia yang tersisa dalam kehidupan beliau. Beliau diperangi, diusir, disakiti, dan dipenjara berkali-kali di jalan Allah. Bahkan tatkala menghadapi ajal, beliau berada di penjara Al Qol’ah, di Damaskus.

Tak ada henti-hentinya –bilhamdillah– bantahan beliau selalu menjadi senjata yang ampuh untuk menghadapi musuh kebenaran dan orang yang menyimpang. Karena bantahan beliau ini selalu disandarkan pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam serta petunjuk salafush sholih, dengan kuatnya istinbath (penyimpulan hukum), pendalilan yang sangat bagus, alasan (argumen) secara syar’i dan akal, dan luasnya ilmu beliau yang telah Allah karuniai.

Banyak dari paham yang merusak yang laris manis pada hari ini di tengah-tengah kaum muslimin merupakan perpanjangan tangan dari firqoh-firqoh dan isme-isme (pemahaman-pemahaman) yang beliau hadapi dan semisalnya pula dihadapi oleh pendahulu kita yang sholih. Oleh karena itu, semestinya para da’i yang ingin memperbaiki umat jangan sampai lalai dari sisi ini. Seharusnya mereka mengambil faedah dari bantahan-bantahan yang terlebih dahulu dibuat oleh para pendahulu mereka yang sholih.

Tidaklah aku (Syaikh Nashir Al Aql, pen) berlebih-lebihan dengan yang akan aku katakan. Bahwasanya tak henti-hentinya kitab-kitab dan bantahan-bantahan beliau adalah senjata yang paling kuat untuk menghadapi firqoh-firqoh sesat dan isme-isme yang merusak ini, yang laris manis yang mulai muncul lagi pada hari ini. Firqoh dan isme ini merupakan perpanjangan dari masa lalu. Akan tetapi di antara firqoh-firqoh itu ada yang berbaju dengan baju modern dan hanya merubah nama mereka saja. Misalnya Ba’tsiyyah (sebuah aliran sosialis/sekuler, pen), Isytiroqiyyah (sosialisme), nasionalisme, Qodaniyyah (Ahmadiyyah), Baha’iyyah (aliran sesat di India) dan firqoh-firqoh yang lain. Dan ada pula yang masih tetap dengan slogannya yang dulu seperti Syi’ah, Rofidhoh, Nashiriyyah, Isma’iliyyah, Khowarij dan lain-lain.


Sifat-Sifat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Di samping aspek ilmu, pemahaman agama, dan amar ma’ruf nahi mungkar (memerintahkan yang baik dan melarang dari kemungkaran) yang terkenal dari beliau, sungguh Allah telah mengkaruniai beliau sifat yang terpuji yang sudah dikenali dan diakui oleh banyak orang. Beliau adalah orang yang dermawan dan mulia, selalu mengutamakan orang-orang yang membutuhkan melebihi dari diri beliau sendiri, baik dalam hal makanan, pakaian, dan selainnya. Beliau adalah orang yang sering beribadah dan membaca Al Qur’an. Beliau adalah orang yang wara’ dan zuhud, hampir-hampir beliau tidak memiliki sesuatu pun dari kesenangan dunia, kecuali yang merupakan kebutuhan pokok (primer) dan sifat seperti ini sudah diketahui oleh orang-orang pada zamannya, sampai-sampai orang awam pun mengetahuinya. Beliau juga orang yang tawadhu’ dalam penampilan, pakaian, dan interaksi beliau dengan orang lain. Beliau tidak pernah memakai pakaian yang mewah atau pun jelek (beliau selalu berpakaian yang tengah-tengah, tidak mewah dan tidak jelek,pen). Beliau tidaklah memaksa-maksakan diri (berbasa-basi) terhadap orang yang beliau temui. Beliau terkenal sebagai orang yang karismatik dan keras dalam membela kebenaran. Beliau memiliki karisma yang luar biasa di depan penguasa, ulama, dan orang awam. Setiap orang yang melihat beliau, akan langsung mencintai, segan, dan menghormati beliau, kecuali ahlil bid’ah yang diliputi rasa dengki.

Sebagaimana beliau terkenal sebagai orang yang sangat sabar di jalan Allah, beliau juga memiliki firasat yang kuat dan memiliki do’a yang mustajab. Beliau juga memiliki karomah lain yang diakui. Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang luas dan menempatkannya di surga-Nya.


Masa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Sungguh beliau –rahimahullah– telah hidup di suatu masa yang terdapat banyak bid’ah dan kesesatan. Banyak isme-isme yang batil berkuasa. Semakin bertambah pula syubhat (racun pemikiran). Dan kebodohan, ta’ashub (fanatik) dan taqlid buta (mengikuti seseorang tanpa dalil) semakin tersebar. Pada saat itu pula, kaum muslimin diperangi oleh pasukan Tartar dan pasukan Salib (dari orang-orang Eropa).

Kita akan mendapati potret masa beliau dengan jelas dan gamblang melalui buku-buku beliau yang ada di hadapan kita. Karena beliau sangat perhatian dengan urusan kaum muslimin. Beliau juga berperan serta menyelesaikan masalah-masalah tersebut dengan pena, lisan dan tangannya. Barang siapa yang memperhatikan tulisan-tulisan beliau, maka akan mendapati gambaran bentuk ini pada masa beliau:Semakin banyaknya bid’ah dan syirik, lebih-lebih kesyirikan yang terdapat di sekitar masyahid dan kuburan yang diziarahi dan palsu. Juga i’tiqod (keyakinan) yang batil terhadap orang yang hidup dan yang mati. Mereka diyakini dapat memberi manfaat dan dapat memberi kesusahan. Maka mereka diseru/didoai sebagai sesembahan selain Allah.
Tersebarnya filsafat, penyimpangan, dan perdebatan.
Tasawuf dan toriqoh-toriqoh sufiyah yang sesat mengusasai orang-orang awam. Tersebar pula di sana isme-isme dan pemikiran bathiniyyah.
Rofidhoh semakin berperan dalam urusan kaum muslimin. Mereka menyebarkan bid’ah dan kesyirikan di tengah-tengah kaum muslimin. Mereka mengendorkan semangat umat untuk berjihad. Bahkan mereka membantu pasukan Tartar yang merupakan musuh kaum muslimin.
Pada akhirnya, kita lihat semakin kuatnya Ahlus Sunnah wal Jama’ah dengan sebab beliau. Beliau memotivasi dan memberikan semangat kepada Ahlus Sunnah. Hal ini memiliki pengaruh yang bagus bagi kaum muslimin hingga saat ini dalam menghadapi bid’ah dan kemungkaran, amar ma’ruf nahi munkar, menasehati pemimpin kaum muslimin, dan kaum muslimin secara umum.

Syaikhul Islam di zamannya tegar dalam menghadapi penyimpangan-penyimpangan ini dengan sikap yang telah diakui. Beliau memerintahkan, melarang, menasehati, menjelaskan sehingga Allah memperbaiki banyak keadaan kaum muslimin dengan tangan beliau. Allah telah menolong sunnah dan ahlus sunnah melalui beliau, –walhamdulillah-.


Wafat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Sesungguhnya di antara tanda kebaikan orang sholih dan diterimanya dia di tengah-tengah kaum muslimin adalah : orang-orang merasa kehilangannya tatkala dia meninggal dunia. Oleh karena itu, para salaf menilai banyaknya orang yang menyolati merupakan tanda kebaikan dan diterimanya orang tersebut. Oleh karena itu, Imam Ahmad –rahimahullah– mengatakan : ”Katakan pada Ahlul Bid’ah, perbedaan antara kami dan kalian adalah pada hari kematian”, yaitu orang-orang akan merasakan kehilangan Imam Ahlus Sunnah, apabila imam itu meninggal akan terlihat banyaknya orang yang mengiringi jenazahnya ke pemakaman. Dan sungguh realita telah menunjukkan hal itu. Belum ada yang pernah terdengar seperti kematian dua imam (yang sama-sama bernama Ahmad, pen) yaitu Imam Ahmad bin Hanbal dan Ahmad bin Taimiyyah ketika keduanya meninggal. Begitu banyak orang yang mengiringi ke pemakaman dan keluar bersama jenazah keduanya serta menyolati keduanya. Ini bukanlah suatu yang aneh karena kaum muslimin adalah saksi Allah di bumi ini.

Demikianlah Syaikhul Islam –rahimahullah– wafat, dalam keadaan beliau dipenjara di penjara Al Qol’ah, Damaskus, pada malam Senin, 20 Dzulqo’dah 728 Hijriyah. Seluruh penduduk Damaskus dan sekitarnya merayap untuk menyolati dan mengiringi jenazah beliau ke pemakaman. Berbagai referensi yang menyebutkan kematian beliau sepakat bahwa yang menghadiri pemakaman beliau adalah jumlah yang sangat besar sekali yang tidak bisa dibayangkan jumlahnya.

Semoga Allah merahmati dan memberi balasan dengan kebaikan yang banyak atas jasa beliau terhadap Islam dan kaum muslimin.




Ibn Taymiyah تقي الدين أحمد ابن تيمية
Scholar:80001 - Ibn Taymiyah [Shaykh al-Islam]8th Century AH [Hanbali]
Full Name:Taqī ad-Dīn Abu 'l Abbās Ahmad ibn 'Abd al-Halīm ibn 'Abd as-Salām Ibn Taymiya al-Harrani
Parents:Shihabuddeen 'Abd al-Haleem
Birth Date/Place:661 AH/1263 CE (Harran)
Death Date/Place:728 AH/1328 CE (Damascus)
Places of Stay:Damascus, Cairo, Alexandria
Area of Interest:Aqeedah, Theology, Tafsir/Quran, Fiqh, Hadith
Tags :Shaykh al-Islamal-Harrani
Analysis:[] [Family Tree 2] [Student List]
Brief Biography:
A legendary figure in the Islamic history, known by his friends and foes for his expertise in all Islamic sciences. Aside from being a celebrated scholar, he also gained much prominence due to his fearlessness, zealous activism, political and military campaigns in Damascus against the invading Tatar. Ibn Nasir al-Din al-Dimashqi in his book al-Radd al-Wafir mentions 87 scholars from all schools who referred to Ibn Taymiya as ‘Sheikh al-Islam’, a prestigious title given only to jurists and traditionists whose verdicts reached a high level of fame and acceptance. His fame also earned him many envious enemies who continued to conspire against him, until he was imprisoned in the citadel of Damascus and died therein. His funeral was attended by a mammoth number of inhabitants of Damascus, while the funeral prayer in absentia was prayed over him throughout the Islamic world. He is remembered for his invaluable contributions, not only to the Hanbali school of jurisprudence and theology, but also to the rich Islamic heritage. He also produced many students of high calibre. Names such as Ibn al-Qayyim, al-Dhahabi and Ibn Kathir are but some of his virtues.
Shaykh al-Islam Taqi ud-Din Abu'l-Abbas Ahmad Ibn al-Halim ibn Abd al-Salam Ibn Taymiyah al-Hanbali was born in , 661 AH (1263 AC) in Haran, which is now in Eastern Turkey, near the border of northern Iraq.. His family had long been renowned for its learning , among his teachers, was Shams ud-Din Al-Maqdisi, first Hanbali Chief Justice of Syria following the reform of the judiciary by Baibars. The number of Ibn Taimiyah's teachers exceeds two hundred. Ibn Taimiyah was barely seventeen, when Qadi Al-Maqdisi authorized him to issue Fatwa (legal verdict). Qadi remembered with pride that it was he who had first permitted an intelligent and learned man like Ibn Taimiyah to give Fatwa. At the same age, he started delivering lectures. When he was thirty, he was offered the office of Chief Justice, but refused, as he could not persuade himself to follow the limitations imposed by the authorities. Imam Ibn Taimiyah's education was essentially that of a Hanbali theologian and jurisconsult. But to his knowledge of early and classical Hanbalism, he added not only that of the other schools of jurisprudence but also that of other literature. He had an extensive knowledge of Quran, Sunnah, Greek philosophy, Islamic history, and religious books of others, as is evident from the variety of the books he wrote.
Last Updated:2017-01-31
References:http://www.kalamullah.com/ibn-taymiyyah.html View



********************************


Syeikhul Islam Taqiyuddin Abul Abbas Ahmad Bin Abdul Halim Bin Abdus Salam Bin Abdullah bin Al-Khidhir bin Muhammad bin Taimiyah An- Numairy Al Harani Adimasqi Al Hambali. Beliau adalah Imam, Qudwah, ‘Alim, Zahid dan Da’i ila Allah, baik dengan kata, tindakan, kesabaran maupun jihadnya. Syaikhul Islam, Mufti Anam, pembela dinullah dan penghidup sunah Rasul shalallahu’alaihi wa sallam yang telah dimatikan oleh banyak orang.

Lahir di Harran, salah satu kota induk di Jazirah Arabia yang terletak antara sungai Dajalah (Tigris) dengan Efrat, pada hari Senin 10 Rabiu’ul Awal tahun 661H. Beliau berhijrah ke Damasyq (Damsyik) bersama orang tua dan keluarganya ketika umurnya masih kecil, disebabkan serbuan tentara Tartar atas negerinyaa. Mereka menempuh perjalanan hijrah pada malam hari dengan menyeret sebuah gerobak besar yang dipenuhi dengan kitab-kitab ilmu, bukan barang-barang perhiasan atau harta benda, tanpa ada seekor binatang tunggangan-pun pada mereka.

Suatu saat gerobak mereka mengalami kerusakan di tengah jalan, hingga hampir saja pasukan musuh memergokinya. Dalam keadaan seperti ini, mereka ber-istighatsah (mengadukan permasalahan) kepada Allah Ta’ala. Akhirnya mereka bersama kitab- kitabnya dapat selamat.

PERTUMBUHAN DAN GHIRAHNYA KEPADA ILMU

Semenjak kecil sudah nampak tanda-tanda kecerdasan pada diri beliau. Begitu tiba di Damsyik beliau segera menghafalkan Al-Qur’an dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, huffazh dan ahli-ahli hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama tersebut tercengang.

Ketika umur beliau belum mencapai belasan tahun, beliau sudah menguasai ilmu Ushuluddin dan sudah mengalami bidang-bidang tafsir, hadits dan bahasa Arab.

Pada unsur-unsur itu, beliau telah mengkaji musnad Imam Ahmad sampai beberapa kali, kemudian kitabu-Sittah dan Mu’jam At-Thabarani Al-Kabir.

Suatu kali, ketika beliau masih kanak-kanak pernah ada seorang ulama besar dari Halab (suatu kota lain di Syria sekarang, pen.) yang sengaja datang ke Damasyiq, khusus untuk melihat si bocah bernama Ibnu Taimiyah yang kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, beliaupun dengan tepat pula mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya. Hingga ulama tersebut berkata: “Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak mempunyai kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang bocah seperti dia.

Sejak kecil beliau hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama, mempunyai kesempatan untuk mereguk sepuas-puasnya taman bacaan berupa kitab-kitab yang bermanfaat. Beliau infakkan seluruh waktunya untuk belajar dan belajar, menggali ilmu terutama kitabullah dan sunah Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam.

Lebih dari semua itu, beliau adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh berpijak pada garis-garis yang telah ditentukan Allah, mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Beliau pernah berkata: ”Jika dibenakku sedang berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah yang muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau di madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar hingga terpenuhi cita-citaku.”

Begitulah seterusnya Ibnu Taimiyah, selalu sungguh-sungguh dan tiada putus-putusnya mencari ilmu, sekalipun beliau sudah menjadi tokoh fuqaha’ dan ilmu serta dinnya telah mencapai tataran tertinggi.

PUJIAN ULAMA

Al-Allamah As-Syaikh Al-Karamy Al-Hambali dalam Kitabnya Al-Kawakib AD-Darary yang disusun kasus mengenai manaqib (pujian terhadap jasa-jasa) Ibnu Taimiyah, berkata: “Banyak sekali imam-imam Islam yang memberikan pujian kepada (Ibnu Taimiyah) ini. Diantaranya: Al-Hafizh Al-Mizzy, Ibnu Daqiq Al-Ied, Abu Hayyan An-Nahwy, Al-Hafizh Ibnu Sayyid An-Nas, Al-Hafizh Az-Zamlakany, Al-Hafidh Adz-Dzahabi dan para imam ulama lain.

Al-Hafizh Al-Mizzy mengatakan: “Aku belum pernah melihat orang seperti Ibnu Taimiyah … dan belum pernah kulihat ada orang yang lebih berilmu terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam serta lebih ittiba’ dibandingkan beliau.”

Al-Qadhi Abu Al-Fath bin Daqiq Al-Ied mengatakan: “Setelah aku berkumpul dengannya, kulihat beliau adalah seseorang yang semua ilmu ada di depan matanya, kapan saja beliau menginginkannya, beliau tinggal mengambilnya, terserah beliau. Dan aku pernah berkata kepadanya: “Aku tidak pernah menyangka akan tercipta manasia seperti anda.”

Al-Qadli Ibnu Al-Hariry mengatakan: “Kalau Ibnu Taimiyah bukah Syaikhul Islam, lalu siapa dia ini ?” Syaikh Ahli nahwu, Abu Hayyan An-Nahwi, setelah beliau berkumpul dengan Ibnu Taimiyah berkata: “Belum pernah sepasang mataku melihat orang seperti dia…” Kemudian melalui bait-bait syairnya, beliau banyak memberikan pujian kepadanya.

Penguasaan Ibnu Taimiyah dalam beberapa ilmu sangat sempurna, yakni dalam tafsir, aqidah, hadits, fiqh, bahasa arab dan berbagai cabang ilmu pengetahuan Islam lainnya, hingga beliau melampaui kemampuan para ulama zamannya. Al-‘Allamah Kamaluddin bin Az-Zamlakany (wafat th. 727 H) pernah berkata: “Apakah ia ditanya tentang suatu bidang ilmu, maka siapa pun yang mendengar atau melihat (jawabannya) akan menyangka bahwa dia seolah-olah hanya membidangi ilmu itu, orang pun akan yakin bahwa tidak ada seorangpun yang bisa menandinginya”. Para Fuqaha dari berbagai kalangan, jika duduk bersamanya pasti mereka akan mengambil pelajaran bermanfaat bagi kelengkapan madzhab-madzhab mereka yang sebelumnya belum pernah diketahui. Belum pernah terjadi, ia bisa dipatahkan hujahnya. Beliau tidak pernah berkata tentang suatu cabang ilmu, baik ilmu syariat atau ilmu lain, melainkan dari masing-masing ahli ilmu itu pasti terhenyak. Beliau mempunyai goresan tinta indah, ungkapan-ungkapan, susunan, pem- bagian kata dan penjelasannya sangat bagus dalam penyusunan buku-buku.”

Imam Adz-Dzahabi rahimahullah (wafat th. 748 H) juga berkata: “Dia adalah lambang kecerdasan dan kecepatan memahami, paling hebat pemahamannya terhadap Al-Kitab was-Sunnah serta perbedaan pendapat, dan lautan dalil naqli. Pada zamannya, beliau adalah satu-satunya baik dalam hal ilmu, zuhud, keberanian, kemurahan, amar ma’ruf, nahi mungkar, dan banyaknya buku-buku yang disusun dan amat menguasai hadits dan fiqh.

Pada umurnya yang ke tujuh belas beliau sudah siap mengajar dan berfatwa, amat menonjol dalam bidang tafsir, ilmu ushul dan semua ilmu-ilmu lain, baik pokok-pokoknya maupun cabang-cabangnya, detailnya dan ketelitiannya. Pada sisi lain Adz-Dzahabi mengatakan: “Dia mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai rijal (mata rantai sanad), Al-Jarhu wat Ta’dil, Thabaqah-Thabaqah sanad, pengetahuan ilmu-ilmu hadits antara shahih dan dhaif, hafal matan-matan hadits yang menyendiri padanya ….. Maka tidak seorangpun pada waktu itu yang bisa menyamai atau mendekati tingkatannya ….. Adz-Dzahabi berkata lagi, bahwa: “Setiap hadits yang tidak diketahui oleh Ibnu Taimiyah, maka itu bukanlah hadist.

Demikian antara lain beberapa pujian ulama terhadap beliau.

Sejarah telah mencatat bahwa bukan saja Ibnu Taimiyah sebagai da’i yang tabah, liat, wara’, zuhud dan ahli ibadah, tetapi beliau juga seorang pemberani yang ahli berkuda. Beliau adalah pembela tiap jengkal tanah umat Islam dari kedzaliman musuh dengan pedannya, seperti halnya beliau adalah pembela aqidah umat dengan lidah dan penanya.

Dengan berani Ibnu Taimiyah berteriak memberikan komando kepada umat Islam untuk bangkit melawan serbuan tentara Tartar ketika menyerang Syam dan sekitarnya. Beliau sendiri bergabung dengan mereka dalam kancah pertempuran. Sampai ada salah seorang amir yang mempunyai diin yang baik dan benar, memberikan kesaksiannya: “…… tiba-tiba (di tengah kancah pertempuran) terlihat dia bersama saudaranya berteriak keras memberikan komando untuk menyerbu dan memberikan peringatan keras supaya tidak lari …” Akhirnya dengan izin Allah Ta’ala, pasukan Tartar berhasil dihancurkan, maka selamatlah negeri Syam, Palestina, Mesir dan Hijaz.

Tetapi karena ketegaran, keberanian dan kelantangan beliau dalam mengajak kepada al-haq, akhirnya justru membakar kedengkian serta kebencian para penguasa, para ulama dan orang-orang yang tidak senang kepada beliau. Kaum munafiqun dan kaum lacut kemudian meniupkan racun-racun fitnah hingga karenanya beliau harus mengalami berbagai tekanan di pejara, dibuang, diasingkan dan disiksa.

KEHIDUPAN PENJARA

Hembusan-hembusan fitnah yang ditiupkan kaum munafiqin serta antek-anteknya yang mengakibatkan beliau mengalami tekanan berat dalam berbagai penjara, justru dihadapi dengan tabah, tenang dan gembira. Terakhir beliau harus masuk ke penjara Qal’ah di Dimasyq. Dan beliau berkata: “Sesungguhnya aku menunggu saat seperti ini, karena di dalamnya terdapat kebaikan besar.”

Dalam syairnya yang terkenal beliau juga berkata: “Apakah yang diperbuat musuh padaku !!!! Aku, taman dan dikebunku ada dalam dadaku Kemanapun ku pergi, ia selalu bersamaku dan tiada pernah tinggalkan aku. Aku, terpenjaraku adalah khalwat Kematianku adalah mati syahid. Terusirku dari negeriku adalah rekreasi.

Beliau pernah berkata dalam penjara: “ Orang dipenjara ialah orang yang terpenjara hatinya dari Rabbnya, orang yang tertawan ialah orang yang ditawan orang oleh hawa nafsunya.”

Ternyata penjara baginya tidak menghalangi kejernihan fitrah islahiyah-nya, tidak menghalanginya untuk berdakwah dan menulis buku-buku tentang Aqidah, Tafsir dan kitab-kitab bantahan terhadap ahli-ahli bid’ah.

Pengagum-pengagum beliau diluar penjara semakin banyak. Sementara di dalam penjara, banyak penghuninya yang menjadi murid beliau, diajarkannya oleh beliau agar mereka iltizam kepada syari’at Allah, selalu beristighfar, tasbih, berdoa dan melakukan amalan-amalan shahih. Sehingga suasana penjara menjadi ramai dengan suasana beribadah kepada Allah. Bahkan dikisahkan banyak penghuni penjara yang sudah mendapat hak bebas, ingin tetap tinggal di penjara bersamanya. Akhirnya penjara menjadi penuh dengan orang-orang yang mengaji.

Tetapi kenyataan ini menjadikan musuh-musuh beliau dari kalangan munafiqin serta ahlul bid’ah semakin dengki dan marah. Maka mereka terus berupaya agar penguasa memindahkan beliau dari satu penjara ke penjara yang lain. Tetapi inipun menjadikan beliau semakin terkenal. Pada akhirnya mereka menuntut kepada pemerintah agar beliau dibunuh, tetapi pemerintah tidak mendengar tuntutan mereka. Pemerintah hanya mengeluarkan surat keputusan untuk merampas semua peralatan tulis, tinta dan kertas-kertas dari tangan Ibnu Taimiyah.

Namun beliau tetap berusaha menulis di tempat-tempat yang memungkinkan dengan arang. Beliau tulis surat-surat dan buku-buku dengan arang kepada sahabat dan murid-muridnya. Semua itu menunjukkan betapa hebatnya tantangan yang dihadapi, sampai kebebasan berfikir dan menulis pun dibatasi. Ini sekaligus menunjukkan betapa sabar dan tabahnya beliau. Semoga Allah merahmati, meridhai dan memasukkan Ibnu Taimiyah dan kita sekalian ke dalam surganya.

WAFATNYA

Beliau wafatnya di dalam penjara Qal’ah Dimasyq disaksikan oleh salah seorang muridnya yang menonjol, Al-‘Allamah Ibnul Qayyim Rahimahullah.

Beliau berada di penjara ini selama dua tahun tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit dua puluh hari lebih. Selama dalam penjara beliau selalu beribadah, berdzikir, tahajjud dan membaca Al-Qur’an. Dikisahkan, dalam tiah harinya ia baca tiga juz. Selama itu pula beliau sempat menghatamkan Al-Qur’an delapan puluh atau delapan puluh satu kali.

Perlu dicatat bahwa selama beliau dalam penjara, tidak pernah mau menerima pemberian apa pun dari penguasa.

Jenazah beliau dishalatkan di masjid Jami’Bani Umayah sesudah shalat Zhuhur. Semua penduduk Dimasyq (yang mampu) hadir untuk menshalatkan jenazahnya, termasuk para Umara’, Ulama, tentara dan sebagainya, hingga kota Dimasyq menjadi libur total hari itu. Bahkan semua penduduk Dimasyq (Damaskus) tua, muda, laki, perempuan, anak-anak keluar untuk menghormati kepergian beliau.

Seorang saksi mata pernah berkata: “Menurut yang aku ketahui tidak ada seorang pun yang ketinggalan, kecuali tiga orang musuh utamanya. Ketiga orang ini pergi menyembunyikan diri karena takut dikeroyok masa. “Bahkan menurut ahli sejarah, belum pernah terjadi jenazah yang dishalatkan serta dihormati oleh orang sebanyak itu melainkan Ibnu Taimiyah dan Imam Ahmad bin Hambal.

Beliau wafat pada tanggal 20 Dzul Hijjah th. 728 H, dan dikuburkan pada waktu Ashar di samping kuburan saudaranya Syaikh Jamal Al-Islam Syarafuddin. Semoga Allah merahmati Ibnu Taimiyah, tokoh Salaf, da’i, mujahidd, pembasmi bid’ah dan pemusnah musuh. Wallahu a’lam.

(Dikutip: Ibnu Taimiyah, Bathal Al-Islah Ad-Diny. Mahmud Mahdi Al-Istambuli. Maktabah Dar-Al-Ma’rifah–Dimasyq )